Pekanbaru, Setaranews – Perekonomian global saat ini mengalami guncangan luar biasa akibat penerapan tarif resiprokal secara sepihak oleh Presiden AS Donald Trump kepada banyak negara termasuk Indonesia. Meski penerapan tarif itu ditunda untuk beberapa saat, tidak ada yang tahu bagaimana kelanjutannya. Kondisi itu diyakini akan mengganggu tata niaga CPO dan produk turunannya. Indonesia sebagai produsen utama produk minyak sawit dunia dipastikan akan terkena imbasnya.
Tidak hanya ulah Trump, pada Juni 2026 tahun depan, Uni Eropa akan menerapkan ketentuan Undang-Undang Produk Bebas Deforestasi UE atau EUDR. Uni Eropa menegaskan tidak akan menerima minyak sawit yang berasal dari deforestasi. Ketentuan itu juga sejalan dengan prinsip RSPO yang menghendaki industri minyak sawit tetap berada dalam koridor praktik berkelanjutan.
Kondisi tata niaga minta sawit ke depan akan semakin berat, tatkala India sebagai importir terbesar CPO Indonesia berencana menaikkan bea masuk minyak nabati ke negaranya termasuk CPO. Di sisi lain, India pun sedang menyiapkan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar untuk dapat memproduksi kebutuhan minyak nabatinya sendiri.
Tiga persoalan di atas jelas bakal menekan Indonesia ke depan. Untuk dapat menghindari segala kemungkinan buruk tersebut, hanya perusahaan yang telah bersiaplah yang bakal mampu bertahan dan melaju di pasar dunia kelak.
Salah satu perusahaan terbesar perkebunan kelapa sawit Indonesia, Asian Agri bersama Apical, perusahaan serumpun di bawah naungan grup Royal Golden Eagle (RGE), nampaknya sudah bekerja keras mempersiapkan segala kemungkinan tersebut.
"Sebagai produsen dan pengolah CPO, Asian Agri dan Apical berkomitmen menjalankan kegiatan operasional berlandaskan prinsip keberlanjutan yang bertanggung jawab, dengan tujuan memastikan setiap produk memberikan manfaat nyata. Aplikasi CPO memiliki rentang yang luas mulai dari kebutuhan sehari-hari seperti minyak goreng hingga energi terbarukan, singkatnya #DariDapurSampaiAvtur," ujar Prama Yudha Amdan, Head of Corporate Communications Asian Agri dan Apical, dalam acara halal bihalal bersama media di Pekanbaru, Kamis (10/4/2025).
Prama menegaskan komitmen berkelanjutan kedua perusahaan, sejalan dengan prinsip Pembangunan Berkelanjutan PBB (UNSDGs). Komitmen ini diterapkan melalui filosofi 5Cs RGE yaitu Good for Community, Country, Climate, Customer, dan Company. Mereka telah menuangkan komitmen keberlanjutan lewat program AsianAgri2030 dan Apical2030, yang diluncurkan pada 2022.
Prama juga menekankan peran komoditas kelapa sawit dalam perekonomian Indonesia. Selain sebagai penyumbang devisa negara, industri kelapa sawit juga berkontribusi besar dalam membuka lapangan kerja serta meningkatkan taraf hidup petani, terutama yang tergabung dalam program kemitraan dan plasma.